Dalam sebuah kitab di sebutkan bahwa "al insanu hayawanul 'atik" yaitu manusia adalah hewan yang dapat berbicara.Memang manusia dengan hewan sama-sama merupakan makhluq Allah yang secara biologi mempunya struktur organ tubuh yang sama, manusia mempunyai tulang, usus, linfa, otak, darah, rambut dll demikian juga hewan mempunyai apa yang di miliki oleh manusia.
Apalagi apa bila kita mengikuti  teori evolusinya Darwin bahwa asal usul manusia berasal dari hewan monyet Memang secara organ antara manusia dan hewan ada kesamaan namun bila masalah ini kita lihat dari prespektif islam bahwa yang membedakan antara hewan dan manusia adalah adanya akal fikiran yang sehat. Diantara ciri akal fikiran yang sehat adalah terlahirnya segala aktifitas yang bersifat akhlaqul karimah (budi pekerti yang mulia), sehingga manakala manusia sudah tidak berakhlaq maka bisa dikatakan sama dengan hewan. Begitu pentingnya Akhlaqul karimah untuk menciptakan sebuah kehidupan yang kondusif, karena manakala akhlaq sudah tidak tertanam lagi di hati manisia maka yang akan terlahir adalah sifat sifat hewaniyah, bahkan bisa lebih buruk dari sifat hewan.sebagai contoh adanya seorang ayah memperkosa anak kandungnya sendiri, seorang anak tega membunuh orang tuanya sendiri, dan masih banyak lagi conto-contoh lain yang sifatnya lebih buruk dari sifat-sifat hewan. Pemandangan seperti ini sudah tidak asing bagi manusia karena mulai jaman dahulu sebelum agama islam atang di muka bumi sudah kerap terjadi.
Maka dari itu pada puncaknya kebobrokan moral manusia yang di kenal zaman jahiliah, maka Alloh swt mengutus Rosululloh Saw untuk mengubah kebobrokan moral tersebut untuk di bangiun menjadi manusia yang berakhlaq. Hal ini sesuai dengan sabda beliau " innama bu'istu li uttamimma makariimal akhlaq" bahwasannya saya di utus untuk menyempurnakan akhlaq, maksudnya adalah menanamkan akhlaq yang mulia pada diri manusia. Metode yang di gunakan Rosululloh untuk menciptakan umat yang berakhlaq adalah dengan menggunakan metode keteladanan, dimana beliau memberikan contoh langsung melalui segala aktifitas sehari-hari dengan mengandung akhlaqul karimah, seperti membiasakan sikap jujur, sopan santun terhadap sesama, menghormati yang tua, menyayangi anak kecil dll.
Ruang lingkup akhlaq secara garis besar adalah : akhlaq terhadap Alloh swt, akhlaq terhadap sesama manusia, dan akhlaq terhadap makhluq lainnya seperti binatang dan tumbuhan. Adapun pengertian akhlaq secara bahasa adalah budi pekerti, atau sebuah perbuatan yang di ulang-ulang sehingga menjadi sebuah kebiasaan, sehingga dalam melahirkannya tanpa sebuah pertimbangan. adapun karimah berasal dari istilah karimun yang berarti mulia, terpuji. Jadi akhlaqul karimah adalah sebuah budi pekerti atau sikap mulia dan terpuji yang sudah melekat dalam diri manusia yang selalu terlahir dalam segala tindakannya tanpa memerlukan sebuah pertimbangan terlebih dahulu.
Menciptakan sebuah tindakan yang bersifat mulia adalah merupakan tanggung jawab bagi umat manusia khususnya umat islam karena sudah di ajarkan oleh Kanjeng Nabi Muhammad saw agar kita sebagai umatnya selalu mengikuti apa yang beliau tunjukkan kepada umatnya. Untuk menanamkan akhlaqul karimah tidak cukup dengan seringnya mendengarkan ceramah agama, atau mengikuti pelajaran PAI di sekolah saja, namun yang paling pokok adalah adanya kesadaran yang tinggi manusia itu sendiri untuk selalu berakhlaq mulia. Maka jika semuanya dapat menanamkan kesadaran ini niscaya di manapun tempatnya akan terbentuk sebuah komunitas yang kondusif.
Bagi manusia yang masih belajar seperti siswa-siswi atau santriwan santriwati untuk menanamkan akhlaqul karimah yaitu dengan cara bersegera mengaplikasikan materi belajar yang sudah di sampaikan oleh bapak ibu guru di kelas, terutama untuk bidang studi PAI dan PPKN. Menerapkan ilmu yang telah di dapat dengan tujuan untuk menciptakan sebuah kebaikan adalah merupakan ciri atau tanda ilmu yang bermanfaat. Di dalam dunia pendidikan formal dan pesantren ilmu manfaat adalah merupakan harapan semua orang, karena apalah artinya ilmu yang tinggi jika ilmu tersebut tidak bermanfaat, ibarat orang mempunyai harta yang banyak namun harta tersebut tidak dapat di gunakan sehingga tidak memberikan keuntungan sedikitpun baik secara pribadi maupun untuk orang lain. Terkait dengan masalah ini ada pepatah mengataka " al ilmu bila 'amalin ka sajarin bila tsamarotin" yaitu ilmu yang tidak di amalkan adalah ibarat pohon yang tidak berbuah. Suatu pohion yang tidak mengeluarkan buah tidak akan memberikan manfaat bagi manusia sehingga sering di tebang, demikian juga manusia yang ilmunya tidak bisa memberikan manfaat pada pribadi maupun orang lain maka ilmunya sia-sia. Nabi mengatakan "Khoirunnasi anfa'uhum linnas" bahwa sebaik-baik manusia adalah mereka yang bisa memebrikan kemanfaatan kepada manusia. Untuk menjadi orang yang bisa bermanfaat bagi orang lain tentu saja dengan cara mengamalkan ilmu yang telah di dapat melalui bangku sekolah, nasehat orang tua, majlis taklim dan segala aspek yang mengandung unsur pendidikan.

 (by PAI)

0 komentar:

Posting Komentar